OBJEK KAJIAN KARYA SENI RUPA DAN DESAIN
Jurnal 1
Judul : Melestarikan Budaya Kriya Anyaman (2009) oleh Maman Tochrahman. Dalam artikel yang dimuat oleh upi.edu
Objek Kajian Seni Rupa dan Desain : Seni kriya anyaman adalah seni yang tidak tahu tepat waktunya kapan di temukan tetapi yang jelas kriya anyam sudah digunakan sejak zaman dahulu untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hingga sampai hari ini masih digunakan oleh sebagian orang untuk berbagai hal dan berbagai bentuk juga.
Pendekatan :
Pada pembahasan jurnal ini, penulis memakai pendekatan kualitatif. Dengan mengolah kembali data yang sudah ada yang bertujuan untuk menambah dan memperbarui informasi data mengenai kriya anyaman.
Analisa :
Pembahasan yang terkandung didalam jurnal ini adalah bagaimana kriya anyaman
dapat dikembangkan dan terus dilestarikan dengan tahapan-tahapan yang baru guna
meningkatkan nilai dan fungsinya pada masa kini.
Teori : Dalam keterbacaan penulisan dan pemikiran, tidak begitu spesifikasi. banyak dari sudut pandang pribadi. Di perkuat dengan data-data dari beberapa pemikir yang berasal dari Indonesia.
Kesimpulan :
Kriya anyaman adalah sebuah pekerjaan menjalin pita-pita yang disusun dengan berbagai arah hingga membentuk
sebuah pola. Prinsipnya menganyam adalah menumpang dan menyisipkan pita yang
berbeda arah. Kriya anyaman sudah dikenal manusia sejak zaman dahulu dan masih
bertahan sampai hari ini. Karena anyaman merupakan kebutuhan perlengkapan yang
tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia. Disadari atau tidak kita selalu
bertemu dengan anyaman-anyaman. Mulai dari lampu hias, kursi, bakul nasi, ayakan
atau tampah, keranjang untuk oleh-oleh, kepe bunga, ketupat, kukusan, nyiru dan lain sebagainya. Berdasarkan
contoh diatas kalian akan sadar betapa pentingnya juga anyaman-anyaman yang
menjadi objek yang disebutkan diatas. Tapi kebanyakan anyaman berbahan baku
yang mudah lapuk atau yang tidak dapat dipakai dalam jangka panjang. Sehingga seiring
perkembangan zaman maka anyaman harus dilestarikan dengan mengembangkan dan
memakai metode yang baru juga guna meningkatkan dan melestarikannya di
masyarakat.
Yang bisa diteliti dari jurnal tersebut : bahwa saja anyaman dapat di kembangkan menjadi sesuatu yang bersifat baru. Baru yang dimaksud di sini adalah dari segi bahan baku, teknik penganyaman, pengembangan desain yang mengikuti zaman serta fungsinya. Melalui tahapan-tahapan itulah sebuah anyaman dapat terlihat lebih modern tetapi tidak merubah citranya. Dengan bahan yang baru juga dapat memperpanjang usia penggunaan.
Jurnal 2
judul : Seni Mural Sebagai Unsur Politik Dalam Kehidupan Sosial (2016) oleh Iswandi Heri. Dalam artikel yang dimuat oleh Jurnal Seni Desain dan Budaya.
Objek Kajian Seni Rupa dan Desain : Mural adalah sebuah sarana yang makin digemari oleh kalangan seniman untuk menuangkan ekspresi seni di ruang publik yang bertujuan komersil ataupun tidak, terkonsep atau spontan dan lain sebagainya. karena khalayak lebih banyak merespon melihat gambar dari pada membaca.
Pendekatan :
Pada jurnal ini memakai pendekatan kualitatif. Dalam keterbacaannya jurnal ini memberikan informasi berdasarkan data yang cukup jelas dan secara terperinci yang berada di kota Jogjakarta khususnya.
Analisa :
Pembahasan pada jurnal ini adalah bagaimana seni mural mampu menjadi sebuah
unsur politik dalam kehidupan sosial. Karena melalui visual dapat
mengisyaratkan banyak pesan serta makna yang berbeda dalam pandangan orang yang
melihatnya.
Teori : secara garis besar pendapatnya di dukung oleh Bhan. P.G beserta pendapat-pendapat pemikir seperti Sumarjo, Jacob.
Kesimpulan :
Seni mural adalah sebuah komunikasi visual yang dapat mengaitkan pesan-pesan
melalui sebuah objek visual yang dapat dipahami oleh masyarakat atau khalayak yang
melihatnya baik secara sekilas ataupun dengan memahaminya. Dengan mural
seseorang dapat menuangkan ekspresinya untuk menyampaikan pesan kepada seluruh kalangan masyarakat ataupun
pemerintah dalam bentuk visual atau gambar pada lingkungan sosial. Hubungan sosial
tergambar dengan adanya relasi yang cukup erat antara gambar dalam mural dengan
kondisinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi mural adalah pemikiran seniman
dan pengaruh lain juga adalah keadaan sekitar yang sedang terjadi. Dalam
konteks seni, mural telah banyak digunakan sepanjang sejarah hidup manusia
sebagai media untuk mengekspresikan keadaan sosial, keyakinan, maupun yang
berhubungan dengan politik dan pemberontakan. Semua ekspresi tersebut sengaja
ditunjukkan untuk tampil di hadapan publik. Mural yang dibuat sebagai bentuk
kritik dan perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan
pemerintah, dinilai lebih efektif sebagai media komunikasi dua arah yakni,
visual verbal terhadap masyarakat. Alasannya
karena media semacam ini lebih terlihat menarik untuk disaksikan ketimbang
dengan membacanya pada sebuah artikel koran yang
mungkin bagi sebagian orang menjenuhkan. Seni mural menjadi salah satu
alternatif yang dapat dijadikan sebagai penyeimbang lingkungan ketika lingkungan
kota tidak memberi lagi kesegaran bagi panca indra secara lengkap, namun dengan
kehadiran mural, minimal mata sudah menjadi indra yang dapat menikmati
keindahan kota yang dihiasi dengan macam imajinasi yang tergambar dalam mural.
Maka dengan demikian dengan adanya mural tidak hanya memberi unsur keindahan
akan tetapi ada makna atau pesan yang tersampaikan, baik itu berupa pesan
sosial ataupun sindiran terhadap keadaan politik yang ada di Indonesia.
Yang bisa diteliti dari jurnal tersebut : Bagaimana sebuah proses merancang sebuah seni visual yang dapat memberikan pesan secara langsung bagi masyarakat yang melihatnya. Dengan melakukan observasi suatu permasalahan atau sebuah pemikiran yang ada di sekitar kita. Serta dapat melihat bagaimana masyarakat Indonesia menanggapinya sebuah seni visual yaitu mural.
Jurnal 3
Judul : Fungsi Seni Bagi Kehidupan Manusia (2014) oleh Mohhamad Rondhi. Dalam artikel yang dimuat Jurnal Seni.
Objek Kajian Seni Rupa dan Desain : Komunikasi seni tidak hanya menyajikan sebuah nilai estetik. Lebih dari itu nilai ekstra estetik juga termasuk nilai sosial dan moral. Sebuah kajian yang melihat seni dari berbagai perspektif yang menyangkut dalam fungsi kehidupan.
Pendekatan : Pada jurnal ini memakai penulis memakai pendekatan kuantitatif. terlihat dari keterbacaan isi pada cara pandang cara mengembangkan apa yang sudah ada untuk mengolah data-data kembali.
Analisa :
Pembahasan pada jurnal ini adalah bagaimana perkembangan seni yang ditunjukan
oleh seniman ke penonton ataupun sebaliknya sehingga terbentuk komunikasi
estetis.
Teori : semua yang tertulis merupakan pendapat-pendapat dari para pemikir seperti Eisiner, Alfred North Whitehead serta ada beberapa dari Indonesia salah satunya adalah Ali Mudhofir. dijelaskan secara terperinci dan tertata.
Kesimpulan : Berbicara pada pembahasan karya seni yang hadir dalam realitas merupakan karya
manusia sebagai seniman. Maka dari itu karya seni lebih menitik beratkan pada
dimensi estetika dan kreatif. Namun proses terjadinya karya seni tidaklah
sesederhana yang terlihat sesudah jadinya. Ada banyak tahapan dan konsep-konsep yang difikirkannya. Mendapatkan perkembangan serta
pengaruh banyak hal. Seni sebagai realitas estetis, keindahannya memancarkan
suatu kreativitas yang luar biasa. Dalam hal ini komunikasi seni menyajikan
banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Yang bisa diteliti dari jurnal tersebut : Dalam hal ini kita dapat mempelajari tentang seni didunia pendidikan yang terdapat 2 paham berbeda. Antara pendidikan seni yang menganut paham Esensialisme dan pendidikan seni yang menganut paham Kontektualisme.
Jurnal 4
Judul : Warak Ngendog: Simbol Akulturasi Budaya pada Karya
Seni Rupa (2013) oleh
Objek Kajian Seni Rupa dan Desain : Warak Ngendog merupakan hasil kreativitas yang berubah menjadi maskot kota Semarang yang didasari oleh pesan-pesan yang melekat. tidak serta merta terbentuk. proses aktualisasi budaya adalah hal yang utama.
Pendekatan :
Pada pembahasan jurnal ini, penulis memakai pendekatan kualitatif. keterbacaan dan penjabaran data-data yang spesifik sekali. serta tersusunya pola-pola dari segala aspek dalam pembahasannya.
Analisa :
kontruksi temuan model Empirik Warak Ngendog sebagai simbol akulturasi budaya
untuk strategi membangun intergrasi budaya.
Teori : teori pada pembahasan ini sangat spesifik sekali. Ditambah referensi dari pemikir yang sebagian besar adalah berasal dari Indonesia.
Kesimpulan : Tulisan ini mengulas Warak Ngendog berasal dari Semarang, mungkin tidak banyak yang tahu karena makin
kesini makin tergusur oleh modernisasi. Sebuah objek rekaan dari beberapa hewan
yang dibagi menjadi beberapa bagian. Hewan-hewan itu seperti penggabungan
kambing, unta, naga dan ayam. Adapun sebuah pesan dari simbol tersebut adalah
seperti ajaran-ajaran nilai moral keagamaan. Semakin berkembang zaman dan
tidak disadari memodifikasi berlebihan dapat menghilangkan semangat ruh yang
dimiliki oleh objek tersebut yang syarat akan makna yang melekat. Tetapi di sisi
lain, hasil dari kreasi masyarakat membuat Warak Ngendog lebih beraneka ragam
karena faktor-faktor bahan pembuatan yang
berbeda, imajinasi yang berbeda dan kemampuan ekonomi masyarakat yang beraneka ragam.
Warak Ngendog juga dapat memberikan citra masyarakat Semarang yang multietnis
dan multikultur menjadi satu identitas budaya.
Yang bisa diteliti dari jurnal tersebut : Secara visual kita dapat mengemukakan analisa estetik sebuah bentuk yang mendekati bentuk awal dari objek Warak Ngendog. Sebagai karya seni rupa objek memiliki keindahan secara intrinsik maupun ekstrinsik yang sangat kompleks dan integratif.
Komentar
Posting Komentar